MBAH Katiyah, perempuan sepuh yang letak rumahnya paling ujung dusun kami, Dusun Karangasem Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo, persis di kaki gunung Wayang. Tidak ada yang istimewa saat beliau saat masih sehat, ngarit, tandur, matun, rewang menjadi aktivitasnya setiap hari. Sampai, suatu waktu, penyakit mata mengambil penglihatannya beberapa tahun yang lalu.
“Nyuwun dongane pak Hadi, nembe didangir niki kulo pak,” itu ungkapan sederhana setiap aku mampir dirumahnya.
Namun, dengan keterbatasannya beliau berusaha bangkit, ditemani tongkat kayu, menuntunya setiap hari ke Masjid di Dusun Kami. Bermodal pendengaran yang masih normal beliau mendengarkan orang-orang yang sedang belajar menghafal Al Quran. Subhanalloh, mbah Katiyah selalu bisa mengikuti menghafal al quran dari ayat ke ayat .
Mas Soelis, melalui akun facebooknya juga mengisahkan sosok Mbah Katiyah tersebut. Saat itu, ada yang berbeda saat pengajian Jum’at Kliwon hari ini di Desa Ngancar, sebelum acara di mulai di sela-sela waktu ditampilkan pildacil oleh Mas Andra, hafalan surat At-Takwir dari Ananda Salsabila beserta adiknya, hafalan dari Anak-anak Rumah Qur’an Nurul Huda Ngancar dan Hafalan dari Mbah Katiyah (68).
Yang menarik dan membuat kita tertunduk malu saat Mbah Katiyah melantunkan hafalan ayat suci Al-Qur’an. Dalam kondisi tuna netra dan usia yang mulai udzur beliau mampu menghafal Al-Quran, salah satunya hari ini beliau menghafalkan Surat Al-Mulk Ayat 1-30.
Dengan metode mendengarkan dari guru ngajinya dan mengulang-ulang satu ayat demi satu ayat beliau mampu menghafal Al-Quran dengan lancar. Mungkin itu yang membuat kita seharusnya malu sebagai Insan ciptaan Allah dengan panca indera yang normal kita harusnya punya semangat untuk bisa menghafal Al-Qur’an seperti beliau juga.
Sungguh, keterbatasannya membawa pada kemuliaannya. semoga kami yang muda bisa mengambil teladanmu #Indonesiapunyapahlawan. Semoga Simbah tetap Istiqamah, sehat dan diberikan kemudahan Allah SWT. Aamin.
