
Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng, Hadi Santoso mengatakan pada tahun 2016 ini ada 3 alokasi pembangunan rusun dari dana APBN. Salah satu penerimanya adalah Ponpes Assalafiyah yang digunakan untuk tempat tinggal santri.
“Kami temui penggunaan lampu yang terlalu terang padahal ini area tidur, akibatnya belum digunakan saja biaya listrik sudah Rp 1,4 juta, nanti akan terlalu tinggi operasionalnya, membebani,” kata Hadi saat mengunjungi rusun ponpes di desa Luwungragi Kecamatan Bulakamba, Rabu (22/3).
Selain masalah biaya operasional, Hadi merinci beberapa interior yang belum sesuai dengan santri. “Tempat tidur nya model bertingkat, santri mengeluh katanya nyaman dengan kasur dibawah. Kemudian karena santri jumlahnya banyak arena cuci baju tidak sesuai, kecil,” terang Hadi.
Kedepan, selain menyesuaikan kebutuhan penerima manfaat, politikus PKS ini berharap program rusun disesuaikan sejak tahap perencanaan. “Ternyata kami temui, rancangan DED (Detail Engineering Design) dengan implementasinya sama, artinya bukan kesalahan bangun, tapi kesalahan perencanaan,” tuturnya.
Mengenai program rusun pemerintah pusat, Hadi menjelaskan ini merupakan sharing program dengan pemerintah provinsi dan kabupaten kota. “Untuk menyelesaikan 1,2 juta rumah tidak layak huni di Jateng. Pusat kebanyakan dalam bentuk rusun,” pungkas legislator dari Daerah Pemilihan IV Jateng itu.
Sementara itu Kasi Perumahan Formal Dinas Pekerjaan Umum (PU) Jateng, Suprapta menyatakan secara implementasi program ini berjalan lancar nyaris tanpa kendala. Di 2016 ada 3 titik. “Sempat mundur tapi Desember 2016 lalu bisa selesai semuanya. Yang pertama di ponpes Assalafiyah Brebes ini, kedua di Universitas Boyolali untuk mahasiswa, yang ketiga di Klaten,” katanya.
Suprapta menjelaskan program rusun ini merupakan program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). “Dari APBN, biayanya 7,2 Milyar untuk bangunannya dan 4 Milyar untuk mebeler dalam. ” terangnya.
Untuk diketahui, 2017 ini ada 3 titik lagi program rusun yang akan dibangun, yakni di Surakarta yang digunakan untuk buruh, kedua di Wonosobo untuk mahasiswa UNSIQ (Universitas Sains Qur’an), dan ketiga di Gunung Pati Semarang untuk mahasiswa.
