
WISATA Jeglongan Sewu, sepertinya itu adalah ungkapan yang pas untuk menggambarkan betapa banyaknya jalan berlubang di Jawa Tengah. Saat saya saat ini bersama teman-teman di daerah pemilihan IV Jateng, di daerah Wonogiri, Sragen dan Karanganyar akan kerap sekali ditemui jalan berlubang yang semakin mengukuhkan wisata jeglongan sewu.
Saking kesalnya masyarakat Jateng terhadap rencana pembangunan infrastuktur tanpa lubang yang diinisiasi oleh Ndoro Gubernur Ganjar Pranowo dengan tajuk Jateng Tanpa Lubang, mereka sampai memplesetkan Jawa tengah Tanpa lubang hari ini masih mimpi.
Ada banyak jalan rusak, terutama di jalur Provinsi Kabupaten Karanganyar- Kecamatan Ngadirojo (Wonogiri), Kecamatan Ngadirojo- Kecamatan Purwantoro (Wonogiri). Kemudian juga jalan Kecamatan Ngadirojo-Kecamatan Giriwoyo (Wonogiri), Kecamatan Giriwoyo-Kecamatan Pracimantoro (Wonogiri).

Di wilayah Karanganyar dan Sragen, ada jalan Kebakkramat-Jaten, Kerjo-Jenawi, Jenawi- Karanganyar, Kemudian juga jalan Sambirejo-Sragen dan jalan Tanon – Sidoharjo Sragen. Ini baru di satu daerah pemilihan lho, belum di daerah lain. Artinya, upaya untuk menyelesaikan jalan tanpa lubang itu masih belum terlaksana dengan baik.
Belum lagi, informasi terbaru saya mendengar ada empat orang menjadi korban jalan rusak di beberapa daerah, seperti di jalur Purworejo-Kebumen tercatat dua pengendara sepeda motor meninggal di lokasi kejadian karena menghindari lubang, satu di daerah Kendal, sedangkan satu lainnya di jalur pantura barat. Ini adalah masalah kita bersama.
Namun demikian, saya tetap menyambut baik upaya Pemprov Jateng untuk menyelesaikan persoalan ini. salah satunya tim sapu bersih (saber) jalan berlubang.
Memang, musim hujan yang terus menerus terjadi menjadi salah satu faktor adanya jeglongan sewu tersebut. Belum lagi, faktor overtonase kendaraan barang juga member kontribusi besar terhadap kerusakan jalan. Meski ada jeglongan sewu, saya juga mengharapkan pemprov tidak hanya menerjunkan saber berlubang, namun juga tim temuan korban meninggal akibat jalan rusak. Inilah alasan mengapa saat-saa musim hujan ini kerja dari Pemprov untuk soal jalan harus “diperkenceng.”

Yang diingat masyarakat Jateng saat ini adalah bahwa program Jateng Tanpa Lubang maka semua jalan yang ada di Jateng harusnya mulus. Saya berharap persoalan ini secepatnya diatasi karena menyangkut hajat hidup masyarakat Jateng. Aktivitas mereka lancar kalau jalanan mulus.
Semoga Pemprov Jateng dan jajarannya dimudahkan dan dilancarkan dalam menyelesaikan persoalan wisata jeglongan sewu ini. Cukup wisata Borobudur, Waduk Gajah Mungkur, Lawang Sewu dan Candi Prambanan saja yang kita dorong dan kembangkan, sementara wisata jeglongan sewu mari kita hilangkan.