
RISIKO menjadi pelayan masyarakat. Begitulah tiap hari, tiap pekan kami lalui dengan berbagai kenangan ‘manis’ dan ‘pahit’. Namun ada rasa bahagia disitu, bahwa kami bisa melihat di lapangan ternyata banyak sesuatu yang perlu pembenahan, atau hal ini sudah baik dan perlu ditingkatkan lagi. Seperti yang kami alami pada Minggu (29/1/2017) lalu saat kami, anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah menengok jebolnya saluran irigasi di Kecamatan Bringin dan Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang.
Hari itu, kami mengawali pagi dengan olahraga lari di lapangan sepakbola di dekat rumah. Setelah itu agenda ‘pekanan’ kami, meninjau infrastuktur harus dilaksanakan meski hari libur. Dan ‘perjuangan’pun harus dimulai tatkala tenaga menipis perut yang lumayan keroncongan karena belum sarapan pagi ini harus ditambah dengan ‘agenda’ ‘mengencot-encot’ atau menambahi muatan mobil.
Kami terpaksa melakukan aktivitas menguras fisik yang belum makan ini karena mobil menuju lokasi saluran irigasi yang selip akibat jalan yang berlumpur. Karena mobil masih sulit juga berjalan diatas jalan berlumpu, kami juga harus mendorong mobil tersebut agar sampai di tempat tujuan.
Tak hanya itu, kami-pun melanjutkan perjuangan pagi itu harus dilanjutkan dengan menyusuri saluran irigasi sepanjang 2,5 kilometer untuk melihat jebolnya saluran irigasi yang mengaliri 300 hektar lahan pertanian. Warbyasah.
Perlu kami informasikan kepada pembaca hadisantoso.com, bahwa talud saluran irigasi sepanjang 250 meter di Desa Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang ambrol. Penyebab ambrolnya talud tersebut lantaran tingginya curah hujan dalam sebulan terakhir.
Menurut cerita Kepala Desa setempat Samsudin, mengatakan, talud tersebut ambrol secara bertahap sejak awal Januari 2017 lalu. Awalnya, talud yang longsor hanya beberapa meter saja, sehingga warga sempat memperbaiki talud dengan tumpukan ratusan karung berisi tanah.

Karena sifatnya sementara, talud tersebut kembali ambrol mencapai panjang 250 meter. Bahkan, akibat terkena reruntuhan talud yang longsor, saluran irigasi ke lahan pertanian warga tersumbat. Sedihnya, saluran irigasi tersebut adalah satu-satunya akses yang dimanfaatkan warga di dua kecamatan, yakni Kecamatan Bringin dan Kecamatan Bancak. Padahal, mayoritas mata pencaharian warga di dua kecamatan tersebut petani, kan susash jadinya nanti jika kemarau tak bisa dialiri air.
Hmm, sepertinya Pemerintah Kabupaten harus segera melakukan langkah antisipasi terkait hal ini. Estimasi dana perbaikan talud Rp 250 juta, atau jika dibangun keseluruhan dengan . panjang lebih dari 250 meter sekitar Rp 2,5 miliar. Monggo segera dilakukan langkah-langkah penanganan, karena kita tidak ingin masyarakat yang menggantungkan dari sawah kekurangan suplai air untuk pengairan sawah, apalagi nanti memasuki musim kemarau.
Demikian sedikit perjalanan mengesankan kami di hari libur di akhir Januari 2017. Dan yang terpenting, aktivitas hari itu membuat kami berharap setiap lelah yang kami lakukan menjadi lillah. Menepis rasa lelah, ubah lelah jadi lillah.