Pantura seolah menjadi ruh bagi pemudik, dari tahun ke tahun sejuta cerita mengiringi para pemudik di jalur ini. Dari sisi jumlah pemudik, selalu ada kenaikan jumlah, diprediksi oleh Kementerian Perhubungan dari 6.288.479 orang akan menjadi 6.657.215 orang atau naik sebesar 6 persen.
Kemacetan, tentu menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari ritual mudik tersebut. Selain factor volume yang naik, ada faktor perlintasan sebidang, traffic light, pasar tumpah, dan juga kerusakan prasarana jalan yang menjadi daya dorong terjadinya macet.
Pada Mudik 2014 yang lalu kita sempat dibuat kalang kabut oleh runtuhnya Jembatan Comal di Pemalang, Jawa Tengah beberapa minggu sebelum puncak lebaran.
Kemacetan yang memanjang, kepanikan nasional, serta dampak ikutan yang terjadi misalnya peningkatan biaya pengangkutan hingga mencapai 10-25 persen terjadi saat itu. Secara permanen juga berdampak pada kerusakan jalan alternatif penghubung patura dan jalur selatan yang cukup parah pasca musibah Comal.
Jalan Raya Daendels. yang membentang 1000 kilometer sepanjang dari Anyer sampai Penarukan mulai beroperasi sejak 1809, terutama di jalur pantura barat Jawa Tengah seolah belum memiliki alternative jika ada kerusakan.
Cerita kelam Comal itu bisa terjadi kembali pada mudik tahun ini, jika pemerintah gagal mengakselerasi proses penggantian jembatan Sipait Kabupaten Pekalongan.
Jembatan yang berada di Kecamatan Siwalan Pekalongan yang dibangun dengan anggaran 25,6 M ini merupakan penghubung akses utama pantai utara. Kondisi saat ini sedang dalam proses pengecoran abutment timur dan pemancangan pilar timur jembatan.
Belum rampungnya pergantian jembatan Sipait ini menjadi PR utama dalam rangkai mudik tahun ini. Posisi yang strategis, serta minimnya jalur alternatis disekitar lokasi pembangunan mengakibatkan pemerintah tidak memiliki cukup banyak skenario jika jembatan ini belum selesai dikerjakan saat lebaran nanti.
Menurut keterangan Dinas Bina Marga dalam rapat kerja dengan komisi D DPRD Propinsi Jawa Tengah dengan mekanisme kerja 24 jam dan semua material sudah tersedia dilapangan diharapkan selambatnya H-5 lebaran jebatan ini bisa digunakan.
Memang pemerintah daerah sudah menyiapkan jalur alternatif jika terjadi tundaan di jembantan sipait ini yakni melewati ruas Comal-Sragi-Kedungwuni-Doro-Bandar.
Namun jalur yang saat ini lebarnya 6 meter tersebut tentu tidak mampu untuk menampung perkiraan sebanyak 2.617.063 kendaraan yang terdiri dari 809.061 sepeda motor, 490.539 mobil pribadi, dan 41.223 bis yang akan mengangkut kurang lebih 6.210.268 orang pemudik yang melewati pantura.
Belum lagi jika kita melihat masih ada potensi sendatan di jembatan Kali Pah kabupaten Tegal, exit tol Brebes Timur, memerlukan perencanaan yang cermat dan juga pemanfaatan jalur alternative pantura serta pengalihan dari exit tol pejagan menuju jalur pantai selatan dan atau jalur tengah.
Psikologis pemudik yang seolah enggan memilih alternative mudik melalui jalur pantai selatan atau jalur selatan-selat dan juga jalur tengah perlu dikaji.
Persepsi jalur selatan yang sempit, berkelok, gelap, rawan dengan kondisi jalan rusak merupakan persepsi yang selama ini melekat. Pemerintah harus terus mengenalkan dan mensosialisasikan kondisi jalur selatan dan jalur tengah yang saat ini sudah dalam kondisi yang jauh lebih baik.
Nampaknya para pemudik perlu mempertimbangkan, jika mudik sebelum H-5 atau jika ada kabar jembatan Sipait belum bisa dipakai, apabila tidak bisa menggunakan transportasi umum serta terpaksa menggunakan jalur darat maka pilihannya adalah keluar dari Tanjung menuju Majenang Cilacap.
Para Pemudik juga bisa melalui Pejagan-Ketanggungan- Bumiayu-Ajibarang-Wangon ini merupakan jalur perpindangan dari Pantura ke jalur tengah dan atau jalur selatan yang saat ini cukup siap.
Sedangkan bagi anda yang tetap menginginkan lewat pantura gunakan jalur alternative yg sejajar yakni Tegal-Slawi-Randudongkal-Bantarbolang- Kebonagung patut dipertibangkan.
Beberapa jalan alternative ini terus dipersiapkan oleh Pemerintah dengan terus dilakukan perbaikan sekunder, pemasangan marka, rambu dan penerangan jalan sehingga nanti mampu menjadi pilihan pemudik.
Momentum belum siapnya jalan pantura sekarang ini harus dijadikan pemerintah untuk merubah cara pikir masyarakat akan pemanfaatan jalan, terutama jalur alternatif dan jalur selatan. Karena selain sebagai antisipasi agar peristiwa Comal tidak terulang, juga beralihanya sebagian pemudik lewat jalur selatan dan jalur tengah tentu akan membawa dampak ekonomi pembangunan yang tinggi bagi daerah dan masyarakat yang dilalui.
Artikel ini juga dimuat di halaman wacana Koran Suara Merdeka edisi Jumat (17/6/2016).
Penulis : Wakil Ketua Komisi D DPRD Propinsi Jawa Tengah dari FPKS