Mudik memang bukan hanya masalah pulang kampung bagi para perantau. Dalam ritual tahunan ini ada berbagai hal yang melebur didalamnya. Ada faktor ibadah, setelah satu bulan ditempa dengan amalan romadhon, puncak kemenangannya adalah dengan menggenapkan prestasi ibadah kepada alloh dengan kesempurnaan ibadah dengan sesama manusia. Bermaafan, berkumpul dengan keluarga.
Didalam mudik juga ada gengsi, tidak sedikit dari kita yg menjadikan mudik ini agenda tahunan untuk menjenguk orang tua, keluarga setelah sekian lama merantau. Saat itu tentu kita ingin membahagiakan orang disekitar kita, membanggakan jika mereka melihat kita sukses setelah lama merantau.
Alhasil mudik identik juga dengan ajang eksistensi diri. Sehingga kadang kurang afdhol rasanya jika pulang tidak bawa kendaraan sendiri. Belum lagi mudik juga ajang melepas kepenatan sehari-hari dengan rutinitas kerja. Akhirnya mudik identik dengan wisata bersama, bergembira bersama keluarga.
Sehingga wajar jika dari tahun ketahun volume kendaraan saat mudik mengalami kenaikan. Tahun ini dari 770.534 pemudik dengan sepeda motor diperkirakan naik 5% menjadi 809.061. Yang menggunakan mobil pribadi dari 467.180 buah tahun ini diperkirakan mencapai 490.539. Kita harus ingat, jumlah kenaikan itu tidak diiringi dengan tambahnya lebar dan panjang jalan, asumsinya semakin tahun saat mudik jalan semakin sesak.
Itulah yg mendorong pemerintah dalam melayani mudik tahun-tahun terakhir bukan hanya melayani orang saja tapi juga melayani tumpangan kendaraan pribadi. Motor naik truk, motor naik kereta api, dan bahkan mobil naik kapal laut.
Tahun ini kementerian perhubungan mentargetkan bisa mengangkut 8.400 buah sepeda motor untuk dibawa dengan truk yang akan diangkut dri lapangan parkir gedung bulog jakarta tanggal 1 juli. Ditambah PT kereta api mulai tanggal 28 juni sampai 3 juli dari stasiun jakarta gudang sebanyak 7.308 motor dengan gerbong khusus. Tujuannya tentu disesuaikan dengan arah pemudik.
Harapannya sebenarnya sederhana, semua hajat kita soal mudik semua bisa terlaksana, namun perjalanan tetap aman.
Kalau motornya naik kendaraan, terus kitanya naik apa? Jangan khawatir ada 47 bus dari pemprov jateng, 70 bus dari pemerintah kabupaten / kota se jawa Tengah, 50 bus dari bank Jateng siap membawa kita dari TMII tanggal 30 Juni nanti. Belum lagi ada tambahan 1.936 tempat duduk kereta api gratis untuk para pemudik dari stasiun Senen Jakarta tanggal 2 juli. Dah ditambah 16.800 tempat duduk dengan armada bis diberangkatkan dari TMII tanggal 2 juli juga.
Banyak ya, kesempatan tetap bahagia, ceria saat mudik namun tidak terlalu beresiko dijalan. Caranya memang kita harus antri dan bersedia mendaftarkan diri dan motor kita ditempat – tempat tadi.
Saya sempat berfikir, jika semua punya kesadaran dengan menunjukkan antusiasme mudik dengan memanfaatkan model seperti ini, tahun depan pasti pemerintah akan menambah volumenya. Dan pada saatnya nanti mudik ini akan terbiasa dengan transportasi umum.
Tetep ada heroiknya ngantri, tetep ada heroiknya berdesak-desakan, tetap ada heroiknya terlambat, mleset dari jadwal namun relatif aman dan selamat.
Terus kalau pulang diangkut nanti baliknya gimana dong? Syukur kalau motornya ditinggal bagi keluarga dirumahnya buat ngarit, atau nyelepke pari pasti orang tua tambah bangga. Tapi jika tidak jangan khawatir, ada juga lho model pengangkutan kendaraan serupa pada arus balik, namun karena banyaknya daerah asal ada yg dipoll di stasiun solo balapan, di stasiun poncol semarang, stasiun Kutoarjo, stasiun Purwokerto dan yang pakai truk dari kantor dishub jawa tengah, kantor dishub surakarta dan kantor dishub semarang tanggalnya mulai 10 juli sampai 17 juli.
Barangkali kita perlu coba, mudik bukan hanya orangnya yang naik kendaraan tapi motornya juga ikut naik kendaraan. Anda tertarik boleh dicoba. Jika anda bingung bertanyalah.
Sugeng mudik njih barokah sedoyonipun.
Sumber Foto: Republika
