SEMARANG- Kabar mengenai pencoretan Candi Borobudur dari daftar situs warisan budaya dunia UNESCO cukup meresahkan.
Jika pencoretan tersebut benar terjadi, Jawa Tengah rugi besar. Pasalnya, bangunan peninggalan Wangsa Syailendra itu destinasi wisata yang menyedot banyak turis mancanegara dan wisatawan lokal.
Komisi B DPRD Jateng berencana memanggil pengelola candi untuk mengklarifikasi kabar tersebut. Sekretaris Komisi B DPRD Jateng Yahya Haryoko mengatakan, berita pencoretan itu memalukan lantaran didasari kurang terawatnya kompleks candi.
Anggota Komisi B Hadi Santoso menambahkan, ancaman tersebut harus disikapi serius. Pengelola candi dan pemerintah harus tanggap mengantisipasi.
Apalagi jika benar pencoretan karena hal sepele, yaitu kondisi candi yang kotor. “Ancaman itu menjadi cambuk bagi pemerintah untuk membenahi. Jika Borobudur akhirnya dicoret, pasti berdampak kepada program Visit Jawa Tengah 2013,” kata Hadi.
Menurut politikus PKS ini, kabar pencoretan meski tidak betul juga bisa membuat citra Borobudur menjadi negatif di mata dunia. Imbasnya, kunjungan wisatawan berkurang karena mereka menilai candi yang dipugar besar-besaran pada 1973-1984 itu tak layak didatangi.
Proses Administrasi
Borobudur, candi Budha terbesar di Indonesia adalah destinasi utama andalan Jateng. Kabar pencoretannya dari daftar warisan budaya dunia marak diberitakan. Akibat erupsi Gunung Merapi, kompleks candi terkena debu vulkanik.
UNESCO merupakan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan. Lembaga di bawah PBB itu menetapkan Borobudur sebagai situs warisan dunia pada 1991.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi dan Peninggalan Borobudur, Marsis Sutopo, menegaskan UNESCO tak pernah mengancam akan mencabut status Borobudur sebagai situs warisan dunia. Dua tahun sekali, Marsis menjelaskan Indonesia menyampaikan laporan mengenai perkembangan Borobudur terkini kepada lembaga itu.
Laporan terakhir pada Februari lalu. UNESCO kemudian bersidang di Prancis tiga bulan kemudian. Sidang itu tak mengeluarkan rekomendasi atau catatan khusus mengenai Borobudur.
“UNESCO tak pernah mengancam Indonesia. Mereka itu organisasi PBB, untuk menegur suatu negara prosesnya panjang,” terang dia, semalam.
Bahkan UNESCO saat ini masih menjalin kerja sama dengan Balai Konservasi bersama puluhan warga Borobudur membersihkan candi dari abu vulkanik Merapi. Marsis menjelaskan, di atas bangunan candi sulit ditemukan sampah seiring meningkatnya kesadaran para wisatawan.
“Paling ada satu-dua sampah berupa tutup botol minuman kemasan yang dibuang sembarangan. Tapi kami menyediakan banyak tempat sampah di berbagai sudut candi. Petugas akan segera memungut sampah yang berserakan,” tutur Marsis.